Sepuluh Tahun yang Lalu Daerah itu Gelap Gulita tak Ada Penerangan. Namun Komitmen Bupati, Dharmasraya Wajib Terang Benderang

Komitmen Sang Pemimpin untuk Mewujudkan Impian Warga Terang Benderang Terpenuhi

Saat mendengar suatu daerah belum dialiri listrik, mungkin pikiran kita sedikit tergelitik. Karena, kenapa di saat seluruh daerah sudah menikmati listrik, namun masih ada nagari yang belum memiliki listrik. Padahal listrik merupakan salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat dimana pun berada. Seperti memasak nasi, pasti membutuhkan listrik untuk mengaliri magic com. Kulkas, televisi, menyetrika baju, mencuci baju dan lain sebagainya. Namun, sepuluh tahun yang lalu di Jorong Durian Simpai Nagari Koto Nan IV Dibawuah dan beberapa nagari di Kecamatan Sembilan Koto masyarakat didaerah tersebut memang murni merasakan apa yang dibicarakan tadi. Mereka umumnya, belum menggunakan listrik di rumah mereka. Jika, adapun itu hanya orang yang memiliki  uang lebih atau yang dikatakan sebagai orang kaya yang memiliki genset untuk mengaliri penerangan di rumah mereka. Itupun hanya selama empat jam saja. Selebihnya, rumah mereka akan tetap padam. Hanya ada lampu togok, lampu tempel dari minyak tanah ataupun lilin. Bagaimana kisah nasib masyarakat Nagari Durian Simpai 10 tahun yang lalu ? Dan bagaimana mereka bertahan hidup tanpa adanya listrik di daerah mereka ? Inilah kisah mereka sebelum listrik pintar masuk ke nagari mereka.

 

MAYA DWI EFFENDI – WARTAWAN MADYA

 

Kecamatan Sembilan Koto merupakan salah satu kecamatan dari 11 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya. Kecamatan Sembilan Koto terletak di bagian utara Kabupaten Dharmasraya, dengan jarak ibukota kecamatan kurang lebih 45 km dari ibukota Kabupaten Dharmasraya. Atau lebih kurang satu setengah jam menuju ke daerah ujung Kabupaten Dharmasraya tersebut. Saat itu, jalan menuju ke Jorong Durian Simpai belum semulus sekarang. Masih banyak jalan yang berbatu-batu dan tanah liat,  walaupun ada aspal hanya beberapa titik tertentu yang sudah di aspal. Sehingga daerah Kecamatan Sembilan Koto saat itu masih terbilang daerah terisolir atau daerah yang masih terbelakang yang belum tersentuh oleh teknologi. Baik itu ponsel ataupun internet. Karena disana masih belum ada listrik yang mengalir, sehingga internet belum dapat diakses oleh masyarakat Nagari Durian Simpai khususnya.

Di Kecamatan Sembilan Koto ada empat nagari atau desa, diantaranya adalah Nagari Banai, Nagari Lubuk Karak, Nagari Silago dan Nagari Koto Nan IV Dibawuh. Sedangkan Jorong atau kampung Durian Simpai masuk ke Nagari Koto Nan IV Dibawuh. Untuk Nagari Koto Nan IV memiliki lima jorong, diantaranya adalah  Durian Simpai, Koto Baru,  Lubuk Nan Sagu, Pulau Anjolai dan  Silombik. Di empat nagari yang ada di Sembilan Koto, seluruhnya belum memiliki listrik pada tahun 2011 lalu. Pemerintah Kabupaten Dharmasraya terus berusaha untuk memenuhi pembangunan secara merata, namun pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Dharmasraya harus dilakukan secara bertahap. Hal ini dikarenakan anggaran yang harus dibagi-bagi sesuai dengan kebutuhan daerah yang ada di Kabupaten Dharmasraya.

Menurut salah seorang warga Jorong Durian Simpai, Lasti Marni saat listrik belum masuk ke daerahnya, ia harus melakukan aktivitasnya tanpa menggunakan listrik. Semuanya serba manual, seperti memasak nasi harus menggunakan kayu bakar, penerangan harus menggunakan lampu tempel atau lilin. Sehingga saat anak anak mau belajar pun mereka harus berada dibawah pencahayaan lilin atau lampu tempel yang remang remang.

“10 tahun yang lalu memang tidak ada pencahayaan di rumah, jadi sangat sulit untuk anak anak beraktivitas malam. Terutama saat anak anak mau belajar ataupun mengaji. Jadi kami sangat berharap sekali listri dapat segera teraliri di daerah kami. Sehingga anak anak kami dapat belajar di tempat yang terang benderang, bukan sinar yang remang remang,” ungkap Lasti Marni yang berprofesi sebagai guru agama di salah satu SD di Kecamatan Sembilan Koto.

Di daerah Lasti Marni, hanya beberapa orang saja yang memiliki televisi. Jadi tetangga sekitar rumahnya akan berkunjung atau berkumpul ramai ramai untuk menyaksikan siaran televise, di rumah tetangganya yang memiliki televise dan genset.

“Kami ingat, tiap malam pasti kami ramai ramai datang kerumah tetanga kami yang perekonomiannya terbilang sangat berada. Jadi ia mampu membeli televisi dan genset, sehingga kami beramai-ramai menonton sinetron yang 10 tahun lalu lagi ngetop. Walaupun banyak nyamuk, terkadang harus berdempet-dempetan dengan tetangga lainnya. Namun kami merasakan sensasi yang sangat indah. Disitulah terjalinnya keakraban dan kekeluargaan antar tetangga satu dengan tetangga lainnya,” bebernya lagi.

Bagi Lasti, hiburan menonton sinetron tiga jam saja sudah sangat menghibur sekali. Hiburan yang tidak ternilai harganya bagi masyarakat Jorong Durian Simpai kala itu. Walaupun dalam sehari hanya tiga jam, namun bagi mereka itu sudah sangat menghibur dan suatu kebahagian tersendiri karena bisa melihat para artis muncul di televisi.

“Kita akan saling berbagi informasi tentang sinetron yang tayang tadi malam, jika ada tetangga tidak bisa datang untuk menonton. Atau rumah pemilik televisi penuh, jadi tidak ada tempat lagi untuk menonton. Bagi kami, itu adalah kenangan yang sangat indah. Walaupun belum ada listrik kala itu,” jelasnya.

Lain halnya dengan Marjoni, sepuluh tahun yang lalu ia juga merasakan hal yang sama. Adik adik nya yang harus mengaji di Mesjid hanya bisa menggunakan lampu tempel atau lilin. Sedangkan lampu yang ada hanya beberapa buah saja, sementara anak anak yang mengaji lebih kurang 25 orang. Jadi mereka harus berebutan cahaya untuk mengaji.

Namun, walaupun  tidak ada cahaya yang terang. Anak anak sepuluh tahun yang lalu tetap focus untuk mengaji. Dan mereka umumnya dapat mengaji dengan baik, walaupun hanya ada cahaya seadanya.

“Kalo seingat saya, sepuluh tahun yang lalu memang anak anak mengaji dengan menggunakan lampu seprong, lampu tempel ataupun lilin. Dari rumah mereka membawa obor masing-masing ke masjid. Walaupun dengan cahaya seadanya, mereka tetap semangat untuk belajar mengaji. Bahkan mereka bersama-sama tidur di masjid yang laki-lakinya, sedangkan yang perempuan balik ke rumahnya masing-masing. Jadi zaman dulu kebersamaan itu sangat kuat. Mereka saling akrab satu dengan yang lainnya, terlebih lagi tidak ada handpone seperti saat ini. Anak anak zaman dulu lebih suka bermain di alam, dan lebih asik permainannya,” ungkap Marjoni yang merupakan guru olahraga di salah satu sekolah Kecamatan Sembilan Koto.

Bagi mereka, walaupun tidak ada cahaya. Kehidupan tetap berjalan dengan baik. Namun, tidak dipungkuri bahwa penerangan atau listrik sangat dibutuhkan untuk zaman sekarang ini, yang semuanya membutuhkan listrik. Sehingga mereka tetap berharap listrik di daerahnya dapat segera teraliri saat itu.

Alhamdulillah, harapan mereka terkabul saat Pemkab Dharmasraya memfokusnya untuk mengaliri listrik ke daerah mereka dengan sistem listrik pintar.

Sejak kepemimpinan orang nomor satu di Kabupaten Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan listrik di seluruh Kabupaten Dharmasraya terus dialiri. Sehingga seluruh masyarakat Kabupaten Dharmasraya dapat merasakan energi listrik masuk ke rumah mereka. Dan mereka bisa menikmati listrik yang umumnya sangat dibutuhkan untuk berbagai aktivitas masyarakat.

“Alhamdulillah saat ini kami sudah merasakan nikmatnya menggunakan listrik yang menfalir ke rumah kami. Ini suatu keberuntungan bagi kami masyarakat yang jauh terpelosok dapat menikmati listrik. Dan ini merupakan suatu usaha keras dari Pemkab Dharmasraya terutama Bupati dan Wakil Bupatinya yang telah bekerja keras untuk mewujudkan harapan masyarakat Kecamatan Sembilan Koto umumnya, untuk memiliki listrik,” harap Rosmawati, salah seorang warga Kecamatan Sembilan Koto.

Sedangkan menurut Bupati Dharmasraya, alam di daerah Keamatan Sembilan Koto sangatlah indah dan dapat dijadikan sebagai lahan pariwisata. Karena keadaan alamnya masih sangat murni, airnya yang sangat jernih dan  ada sesuatu yang bisa dijadikan lading pariwisata yang sangat membanggakan bagi masyarakat Kabupaten Dharmasraya umumnya dan masyarakat Kecamatan Sembilan Koto khususnya.

Oleh karena itu, Bupati terus berupaya untuk memberikan pembangunan yang berkualitas di sana terutama listrik. Dan Alhamdulillah semua daerah di Kabupaten Dharmasraya sudah teraliri listri. “Alhamdulillah,  semua harapan masyarakat sudah tercapai sampai saat ini. Yakni memiliki listrik di rumah atau tempat tinggalnya,” ungkap Bupati.

Menurut Direktur Bisnis PLN Regional Sumatera, Wiluyo Kuswiharto saat menghadiri acara peresmian bersama listrik desa di Jorong Lubuk Labu Nagari Banai Kecamatan Sembilan Koto pada bulan November 2018. Bahwa di Kabupaten Dharmasraya sudah 100 persen teraliri, dan ini merupakan upaya keras dari Bupati Dharmasraya untuk mewujudkan impian dan harapan masyarakatnya.

“Kita patut memberikan apresiasi yang sangat besar untuk Bupati Dharmasraya, karena telah berupaya mewujudkan impian masyarakatnya mendapatkan listrik. Dan ini sudah terbukti,”  ungkap Wiluyo Kuswiharto kala itu.

Sampai sekarang, masyarakat Kecamatan Sembilan Koto sudah mulai berkembang pesat. Dan sudah lebih maju dan berkembang dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. ****