Apkasindo Gelar Rakor Atas Keprihatinan Nasional Terkait Harga TBS di Kalangan Petani Sawit

Lintas Kecamatan123 Dilihat

NARASI JURNAL.COM, DHARMASRAYA – Seluruh petani sawit Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) mengadakan rapat kordinasi nasional terbatas (ratas) secara daring, Jum’at (13/5/2022).

Rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum APKASINDO Dr. Ir. Gulat ME Manurung, C.APO., C.IMA ini bertujuan untuk mengkoordinasikan lebih lanjut mengenai langkah konkrit petani sawit Indonesia sebagai reaksi atas kisruh harga tandan buah segar (TBS) yang tidak menemukan titik terang.Gulat menjelaskan, sebelumnya telah dilakukan diskusi dengan Ketua Dewan Pembina DPP APKASINDO Dr. Moeldoko pada Rabu (11/5/2022) lalu. Materi diskusi tersebut tentang kondisi terkini petani sawit dari Aceh sampai ke Papua, dimana Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada lima hari terakhir sudah mulai menolak TBS petani.

Perhitungan APKASINDO, dari 1.118 PKS se Indonesia, paling tidak 25% sudah menolak TBS petani, yang diikuti anjloknya harga TBS petani 40-70% secara merata sejak 21 hari terakhir.Selain itu, disampaikan juga tentang Permentan 01 tahun 2018 yang sudah tidak sesuai dengan kondisi petani sawit saat ini, dimana 93% petani sawit didominasi oleh petani sawit swadaya yang melakukan usaha taninya secara mandiri (tidak bermitra). Sementara Permentan tersebut hanya fokus mengatur petani bermitra yang jumlahnya hanya 7%.

Dalam pertemuan dengan Dr. Moeldoko, Gulat juga memberikan usulan kepada Ketua Dewan Pembina untuk disampaikan kepada pemerintah, tentang solusi percepatan distribusi minyak goreng sawit curah (subsidi) kepelosok tanah air, karena APKASINDO ada di 146 kabupaten/kota se Indonesia dari 22 provinsi.“Pak Moeldoko sebagai Ketua Dewan Pembina turut prihatin dengan keadaan petani sawit dan beliau memberikan salam, tetap semangat dan tetap solid di 146 kabupaten kota DPD APKASINDO dari 22 DPW provinsi. Pak Moeldoko juga menyampaikan supaya Ketua APKASINDO seluruh Indonesia selalu berkomunikasi, sehingga langkah kebijakan APKASINDO di daerah tetap sinergis dengan DPP (Dewan Pimpinan Pusat) untuk kepentingan nasional. Pak Moeldoko juga berjanji segera menyampaikan usulan DPP APKASINDO kepada Presiden dalam waktu dekat,” terang Gulat secara daring.

AJ1Dalam Rapat Terbatas yang hanya dihadiri oleh Ketua APKASINDO dari Aceh sampai Papua tersebut, Gulat juga menegaskan bahwa petani sawit harus bersatu dan kompak. Ini masalah ekonomi rumah tangga petani sawit, tidak ada politik atau kepentingan lainnya kecuali hanya satu yaitu selamatkan rumah tangga petani sawit Indonesia. Pada kondisi keprihatinan ini, semua sangat dirugikan, terkhusus petani sawit yang menggantungkan hidupnya kepada hasil panen harian sawit.

Asumsi bahwa CPO hasil pembelian dari TBS petani dengan harga murah, akan langsung dijual mahal jika kran eksport dibuka nampaknya hanya impian belaka bagi para pemilik PKS dan eksportir CPO (crude palm oil) dan turunannya. Semula asumsi seperti itu diperkirakan akan terjadi, namun karena pasar CPO dan produk turunannya pada 10 hari terakhir sudah berangsur dikuasai oleh “runner up” Malaysia, jadi pupuslah harapan tersebut, seperti itulah pasar (suply and demand) dan kepastian adalah kata kuncinya.

“Untuk itu saya juga telah menghimbau para pemilik PKS segera melepas timbunan CPO nya dan refinery segera mengekspor produk turunan CPO (yang tidak dilarang tentunya) supaya tangki-tangki CPO berangsur normal. Jika korporasi PKS dan refinery tetap bertahan menahan stok, ujung-ujungnya kerugian tersebut akan kembali dipikul oleh petani (hulu) dan korporasi berikutnya, sebagaimana yang terjadi saat ini,” terang Gulat.Terasa kentalnya animo peserta rapat untuk secepatnya mengadakan gerakan langsung dalam bentuk unjuk keprihatinan ke Istana, untuk memastikan bahwa suara petani sawit didengarkan Presiden Jokowi.

Setelah mendengar perwakilan Ketua-Ketua DPD dan DPW dari Aceh sampai Papua, tentang keluhan petani sawit di 22 provinsi dan 146 kab/kota APKASINDO, Gulat menyimpulkan bahwa situasi ini sangat rawan dan harus disampaikan langsung kepada Presiden Jokowi.

“Saya menghormati keinginan Ketua-Ketua APKASINDO untuk melakukan aksi unjuk keprihatinan petani sawit Indonesia ke Jakarta dan semua Ketua-Ketua DPW APKASINDO dari 22 provinsi sepakat berpakaian adat budaya masing-masing. Ini juga menggambarkan bahwa petani sawit adalah Bhinneka Tunggal Ika, pemersatu Bangsa,” ujar Gulat menampung aspirasi peserta rapat.

Ketika Dorteus dari DPW APKASINDO Papua Barat menanyakan tanggalnya, Gulat mengatakan masih menunggu surat pemberitahuan yang segera diantar ke Mabes Polri dan semoga Kapolri berkenan dengan aksi keprihatinan petani sawit Indonesia ini. Dalam Rapat terbatas tersebut, juga dihadiri oleh Perwakilan Dewan Pakar DPP APKASINDO yaitu Wayan Supado (Pak Tani). “Saya berharap petani sawit harus membuat poin-poin solusi yang disampaikan kepada pemerintah ketika aksi keprihatinan nanti,” tutup Pak Tani.(mde)