NARASIJURNAL.COM, BUNGO – Defisit anggaran daerah (APBD) di tahun 2020 hampir terjadi di semua daerah di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Baik provinsi, kabupaten maupun kota. Defisit anggaran yang makin dalam ini tidak bisa di hindari akibat beberapa faktor. Salah satu yang paling dominan di tahun 2020 ini yakni dampak dari Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Jambi, Prof Samsurizal Tan. Penomena defisit anggaran ini sudah terjadi jauh sebelum pandemi, hampir setiap tahun APBN maupun APBD di daerah-daerah di tanah air mengalami defisit.
“Sebelum pandemi pun kita sudah defisit, namanya defisit bajet, kalau untuk APBN di tutup dengan pinjaman asing. Kalau di APBD itu di tutup dengan silva atau pinjaman dan dari APBN,” ujar Prof Samsurizal Tan.
Menurut guru besar ekonomi ini. Ada beberapa faktor yang membuat defisit. Diantaranya faktor eksternal, pengarus ekonomi global. Ekspor yang makin menurun sementara impor menaik. “Ditambah lagi melemahnya kurs rupiah dan investasi turun,” terangnya.
Guru besar inipun mengatakan bahwa dampak Pandemi Covid-19 menjadi faktor yang paling dominan mengakibatkan defisit 2020, baik APBN maupun APBD provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia.
Prof Samsurizal Tan juga memberikan solusi kepada pemerintah daerah di Provinsi Jambi, untuk memperkuat dan menggali potensi UMKM dan pedesaan. “Solusinya pemerintah daerah harus gali dan dorong habis-habisan UMKM maupun ekonomi pedesaan,” tegasnya.(*)